Tuesday 24 April 2012

jangan bawa pulang stress

kadang kita sebagai orangtua, disengaja atau tidak membawa stress yang kita rasakan di tempat usaha/ tempat kerja sampai ke rumah. akibatnya, anak dan pasangan yang tidak tahu apa apa pun terkena imbasnya, anak dan pasangan kita akan merasakan sikap kita yang memang lagi "panas" itu. Kalau pasangan sih, mungkin masih gak masalah, toh sudah sama sama dewasa, dan (harusnya) sudah saling memahami karakter pasangan masing masing sehingga memaklumi kalau pasangan sedang butuh katarsis.

Ini kami pernah rasakan waktu awal awal menikah, sewaktu Aline belum lahir.Yah namanya baru nikah, pacarannya dulu juga LDR (loh jadi curcol), jadi setelah menikah itulah baru kami benar benar merasakan tiap hari bertemu dan mulai lebih mengenal karakter masing masing. Kami sama sama masih membawa pulang stress yang dirasakan di tempat kerja masing masing, dan seperti yang bisa diduga, sama sama stress, jadinya 'ber adu', dan atmosfer kontrakan sempit kami waktu itu pun menjadi panas, biarpun belum pernah sampai saling marah marah (seingat saya sih). Barulah kami belajar mencari cari cara agar suhu kontrakan kami tidak semakin panas setiap kali kami pulang kerja. segala macam stress yang dirasakan di tempat kerja, di perjalanan, di angkutan umum, mulai kami coba redakan dengan berbagai macam cara.

setelah menjajal berbagai cara, cara yang paling manjur untuk karakter kami adalah : bercerita dan menumpahkan segala uneg uneg stress di perjalanan pulang, entah sambil ngobrol (waktu itu kami pulang bersama sama naik motor), atau lewat telepon/sms kalau karena suatu sebab kami tidak bisa pulang bersama sama. dan kami sama sama sepakat untuk ceritanya diakhiri begitu mau masuk rumah. dengan begitu kami tidak pernah membawa stress masuk rumah. dan sampai sekarang keadaan rumah tidak pernah terpengaruh oleh stress yang kami bawa dari tempat kerja. yah, pernah lah sekali dua kali saya atau istri saya kebablasan masih ngedumel soal keadaan di kantor di rumah, dan (sungguh disayangkan) Aline pernah menjadi korban dibentak karena memecahkan pigura foto di saat yang salah, ya itu di saat salah satu dari orangtuanya kebablasan bawa stress ke dalam rumah.

sampai saat ini, kami adalah orang tua dari dua orang anak, kami berusaha keras untuk menjaga agar strss kami tidak pernah terbawa masuk rumah, kami akan menumpahkan segala uneg uneg di KRL (perjalanan dari kantor di jakarta ke rumah di cibinong memakan waktu 45 menit dengan KRL, bisa lebih kalau krl nya lagi bermasalah), dan selesai tidak selesai dikumpulkan, eh, harus selesai sewaktu kami buka pintu pagar dan masuk rumah. dan saya beserta istri berusaha sekeras mungkin agar tidak berhubungan dengan pekerjaan kantor sewaktu sedang dirumah.

begitulah, semoga sampai nanti pun kami bisa menjaga trik ini, atau menemukan trik yang lebih baik lagi, hehe


Monday 16 April 2012

peringatan hari kartini dan perjuangan orang tua

Bulan april, bagi para orang tua yang anaknya usia playgroup sampai SD, akan hampir selalu identik dengan peringatan hari Kartini.

Hari Kartini diperingati untuk mengenang kembali jasa perjuangan pahlawan wanita Indonesia, Raden Ajeng Kartini, yang mana seharusnya kita sudah tahu ceritanya sejak SD. Sang pembaharu, mendobrak norma waktu itu yang membatasi kaum perempuan untuk mengaktualisasikan diri diluar rumah, yang saat itu (bahkan untuk R.A Kartini yang menurut gelarnya, adalah golongan priyayi, apalagi buat golongan rakyat jelata) tidak bisa ngapain ngapain diluar rumah.

Sedangkan di masa kini, setidaknya sejak saya mengalami jadi orang tua, di hari Kartini ini kita mengenang perjuangan orang tua murid yang bersusah payah mencari persewaan baju daerah untuk anaknya. Apalagi bila anaknya perempuan, yang (biasanya) ibunya menginginkan agar anaknya dirias secantik mungkin, perjuangannya ditambah dengan mencari salon bagus yang bisa "menggarap" penampilan si anak dengan cepat sebelum anak kehilangan moodnya.

Begitulah, April tahun ini kami (mama) mencari informasi salon mana yang bisa merias Aline dengan cepat dan bagus, melebihi tahun lalu ketika Aline mengenakan kostum daerah Bali dengan rias wajah yang kurang maksimal karena pengerjaan terlalu lama sehingga anaknya drop the mood. Singkat cerita, H-6 salon ditemukan, konsultasi kostum dan riasan, deal harga. hari H nya, aline mulai dirias jam 6 pagi, suasana salon yang nyaman membuat Aline merasa asyik waktu dirias.

Photobucket

Total proses rias dan pemasangan segala aksesoris memakan waktu sejam pas, jam 7 aline sudah siap dengan dandanan paes ageng ala Yogya. Ditambah dengan keberaniannya beraksi di hadapan juri lomba busana daerah, Aline pun dapat juara 1 untuk kategori TK-B putri. Tahun lalu kostum Bali nya mendapatkan juara 2. peningkatan berarti, hehe

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket